
Indonesia Masuk Gelombang Ketiga Covid-19, Pemerintah Siapkan 120 Ribu Tempat Tidur
Kasus Covid 19 di Indonesia kembali mengalami kenaikan. Hingga Rabu Selasa 1 Februari 2022 kemarin, tercatat ada 81.349 kasus aktif Covid 19 di Indonesia. Padahal, pada 31 Desember 2021 lalu total kasus aktif Covid 19 di Indonesia hanya di angka 4.292.
Peningkatan kasus aktif Covid 19 ini berlangsung sangat cepat. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan menyebut persentase peningkatan kasus aktif Covid 19 saat ini mengalami kenaikan 910 persen dari sebelumnya. Karena itu Jokowi meminta para menteri dan pimpinan lembaga terkait kehati hatian menyikapi kondisi pandemi saat ini.
”Hati hati, saya ingin menegaskan kehati hatian kita karena kasus aktif (Covid 19) naik 910 persen. Dari yang sebelumnya 6.108 kasus di tanggal 9 Januari (2022), kemudian menjadi 61.718 kasus di 30 Januari (2022)," ujarnya dilansir dari unggahan di laman resmi setkab.go.id, Selasa (1/2). Jokowi melanjutkan, penambahan kasus baru Covid 19 juga mengalami kenaikan 2.248 persen, yakni dari 529 kasus pada 9 Januari 2022 menjadi 12.422 kasus pada 30 Januari 2022. "Sekali lagi, hati hati kita dalam menyikapi ini," tegas Jokowi.
"Tapi, yang kita patut bersyukur meskipun kasus aktif naik 910 persen, tidak diikuti dengan melonjaknya angka kematian, ini bagus. Meskipun demikian, tetap harus kita harus tetap waspada," lanjutnya. Jokowi sebelumnya sudah memperkirakan kasus Covid 19 varian Omicron ini akan terus meningkat dalam beberapa pekan ke depan. Karena itu kata dia, pemerintah telah melakukan banyak persiapan untuk menghadapi lonjakan kasus itu.
”Perbaikan berbagai sarana prasarana fasilitas kesehatan disesuaikan dengan karakter varian omicron yang berbeda dengan sebelumnya, dan membutuhkan penanganan yang berbeda pula salah satunya dengan menyediakan layanan telemedisin,” kata Jokowi. Juru Bicara Pemerintah untuk Covid 19, dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan, berdasarkan data dan karakteristiknya, maka puncak kasus Covid 19 varian Omicron ini diperkirakan akan terjadi beberapa waktu mendatang. "Kalau melihat kemarin kasus terus meningkat, diprediksi dalam beberapa pekan ke depan akan terjadi lonjakan gelombang ketiga," kata Reisa pada siaran Radio RRI, Selasa (1/2).
Untuk menghindari dampak seperti gelombang sebelumnya, ia menyebutkan ada beberapa strategi yang telah dilakukan oleh pemerintah. "Pemerintah sejauh ini menyiapkan itu. penguatan testing, treacing dan treatment (3T), vaksinasi juga sudah dimulai begitu pun booster. Kemudian telemedecine tersedia," kata Reisa. Banyaknya kasus yang terjadi, maka telemedecine menjadi sangat membantu.
Telemedicine bisa digunakan bagi pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri. Pemerintah juga menyiapkan layanan di telemedicine. Selain itu, juga disediakan tempat tidur isolasi yang siap pakai. Pemerintah telah menyiapkan 70.641 bed yang ada di Indonesia. "Sedangkan kapasitas nasional adalah 120 130 ribu. Tentunya dengan seperti ini, kita tetap harus hati hati untuk tetap disiplin prokes. Vaksinasi Covid 19 pun sangat membantu supaya gejala penyakit tidak semakin berat atau fatal," papar Reisa.
Ketua Satuan Tugas Covid 19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban mengatakan, Indonesia kini sudah masuk gelombang ketiga Covid 19. Kondisi ini didasari oleh beberapa faktor, seperti kasus naik tiap hari, kenaikan BOR, dan positivity rate, serta hadirnya klaster. "Bagi yang mengira kita telah masuk gelombang tiga, ya kita telah “berhasil” memasukinya. Kasus naik tiap hari, BOR dan positivity rate juga, plus klaster. Tapi jangan panik. Kita bisa atasi sebelum jadi lebih buruk. Pemutusan rantai penularan harus dilakukan cepat dan efisien," tulis Spesialis penyakit dalam ini seperti dikutip dari akun twitter pribadinya, Selasa (1/2).
Di sisi lain Juru bicara vaksinasi Covid 19 Siti Nadia Tarmizi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut pihaknya belum dapat menyimpulkan kenaikan kasus harian Covid 19 berturut turut ini sebagai tanda dimulainya gelombang ketiga Covid 19. "Masih kita monitoring ya, karena untuk menyatakan gelombang ketiga kita masih melihat perkembangan penambahan kasus," kata dia saat dikonfirmasi, Selasa (1/2). Ia menuturkan, selain meningkatnya testing dan tracing untuk menemukan kasus konfirmasi positif Covid 19, varian Omicron diduga menjadi penyebab kenaikan kasus, karena sifatnya yang cepat menular.
"Penyebab utamanya masih diduga karena varian Omicron," tutur Nadia. Nadia tak menampik puncak kasus Covid 19 akan terjadi pada akhir Februari nanti.